FUNCTIONAL PERSPECTIVE ON GROUP DECISION MAKING


By :Randy Hirokawa dan Dennis Gouran

      Randy hirokawa dan dennis gouran mengganggap komunikasi sebagai alat sosial yang membantu kelompok mencapai kesimpulan yang lebih baik.
            Functional Perspective adalah pendekatan yang menggambarkan dan memprediksi kinerja group ketika 4 fungsi komunikasi terpenuhi , teori ini mengklaim ada 4 fungsi bagi suatu pengambilan keputusan kelompok secara efektif yang meliputi :


1.      Menganalisis Masalah

            Memahami masalah dengan berbagai pertimbangan.mengetahui sifat-sifat, tingkatan-tingkatan dan penyebab masalah tersebut dan  juga harus melihat realitas yang terjadi jika ada pemahaman yang keliru tentang situasi yang sedang terjadi akan mempengaruhi keputusan final.

Contoh  :
Dalam perlombaan Mobile Legend yang bernama Indonesia Games Championship 2018 terdapat 2 Team yang akan melawan satu sama lain untuk memperebutkan juara 1. Untuk dapat berada di posisi 2 teratas bukanlah hal yang mudah untuk di tempuh, melainkan perlu usaha yang besar untuk mencapainya. 2 Team ini disebutkan Team A dan Team B.
Karena Team A tahu lawannya tidak gampang melainkan juara 2x berturut – turut IGC, jadi Team A sangat mempersiapkan untuk final round. Seperti, berlatih setiap hari dan evaluasi saat selesai latihan untuk memperbaiki jika ada kesalahan. Team A juga memahami bagaimana strategi Team B saat bermain dan Team A membuat strategi penyerangan yang baru untuk melawan Team B di final round nanti. Seperti membagi anggota yang nanti akan berpencar dalam permainan, lalu siapa yang akan menjaga benteng pertahanan, siapa yang akan menyerang benteng musuh dan siapa yang akan melawan anggota Team B.
Sedangkan Team B sama – sama berlatih untuk final round tetapi tidak seperti Team A, melainkan hanya latihan biasa karena Team B berpikir kalau mereka akan memenangkan perlombaan itu lagi. Team B tidak berpikir untuk membuat strategi lebih baik lagi karena mereka berpikir kalau strategi yang biasa mereka pakai itu sudah sangat baik.



2.      Tujuan yang Terukur

            Kelompok harus sadar apa yang ingin di raih dalam kelompokitu sendiri dan kelompok harus membangun kriteria untuk menilai alternative solusi yang di tawarkan.

Contoh:
Tujuan dari kedua team mengikuti perlombaan ini pasti untuk memperebutkan juara 1 dan mendapatkan uang tunai yang lumayan besar, dan jika mereka memenangkan permainan ini pasti popularitas dari team tersebut akan naik dan akan dihormati oleh team – team lain karena mereka berpotensi.
Saat hari perlombaan final round IGC 2018 Team A tidak terlalu grogi karena mereka sudah memiliki bekal yang lumayan seperti strategi yang baru dan mereka sudah terbiasa latihan jadi tidak panik. Sedangkan Team B baru merasakan kepanikan karena bekal mereka yang kurang seperti latihan dan strategi mereka yang bisa dibilang sudah terbaca oleh Team A. Jadi saat perlombaan dimulai Team A menyerang Team B dengan tenang dan melakukan perlawanan satu persatu, sedangkan Team B bingung saat mereka ingin menggunakan strategi yang biasa mereka lakukan ternyata dibalas dengan strategi yang lebih bagus dan akhirnya Team B panik dan menyerang secara asal – asalan.



3.      Mengidentifikasi Alternative yang Mungkin Ada

            Hirokawa dan gouran menekankan pentingya menyusun solusi-solusi alternative yang bisa dipilih anggota kelompok. Karena menurut mereka, jika tidak ada anggota yang mungkin digunakan maka solusi yang ditawarkan relative sedikit dan kemungkinan menemukan jawaban yang tepat dan dapat diterima.

Contoh :
Pada akhirnya perlombaan tersebut dimenangkan oleh Team A dan Team B kalah karena mereka kurang dalam strategi dan pelatihan. Penonton yang datang pun terkejut bahwa yang menang adalah Team A sedangkan Team B yang sudah dikenal dengan julukan master Mobile Legend kalah dengan Team A yang bisa dibilang team baru dalam perlombaan ini.



4.      Mengevaluasi Karakteristik Positif dan Negative

              Setelah mengidentifikasi solusi2 alternatif, peserta diskusi harus “mengetes kebaikan2 relatif dari tiap tiap pilihan dengan kriteria2 yang penting menurut kelompok. Perbandingan ini tidak terjadi secara otomatis di dalam setiap kelompok, perlu ada individu-individu yang mampu mengingatkan kelompok tentang sisi positif dan negative setiap alternative yang di ajukan

Memprioritaskan the Functions
Berarti menentukkan mana yang paling penting dari keempat fungsi di atas. Meskipun hirokawa dan gouran sendiri telah berkali kali menjelaskan dalam tulisannya bahwa itu bukan topic yang perlu didiskusikan dan menyatakan bahwa keempatnya perlu dicapai untuk memaksimalkan kemungkinan menghasilkan high decision. Namun hirokawa menambahkan bahwa kelompok2 yang sukses mengatasi masalah sulit mengambil langkah pengambilan keputusan yang biasa mereka gunakan. Dalam menyelesaikan masalah

Contoh :
Dari pertandingan tersebut bisa dilihat sisi positif dan sisi negatifnya. Sisi positif terdapat di Team A yang sangat bersungguh – sungguh untuk memenangkan perlombaan ini, Team A mengunggulkan kerja sama team agar tidak terjadi kesalahan saat bertanding. Lalu sisi negatif dari Team A adalah mereka menghabiskan banyak waktu untuk berlatih dan berlatih terus. Sedangkan sisi positif dari Team B adalah mereka tidak terlalu memakan waktu banyak untuk berlatih, tetapi sisi negatif bisa dilihat dari Team B seperti meremehkan lawannya yaitu Team A yang bisa dibilang team baru, lalu team B juga kurang persiapan untuk pertandingan final round tersebut, mereka tidak membuat strategi baru yang akhirnya strategi yang biasa mereka lakukan terbaca oleh Team A. Dan akhirnya Team B harus rela kehilangan gelar master Mobil Legend karena sudah terkalahkan oleh Team A.


Peran Komunikasi dalam Memenuhi the Functions
       
        Hirokawa percaya bahwa komunikasi memiliki peranan yang sangat aktif dalam menentukan kualitas suatu keputusan.  Hirokawa menganggap diskusi kelompok adalah instrument yang digunakan untuk menciptakan realitas sosial dalam hal keputusan itu dibuat.
         Gouran dan hirokawa menyebutkan bebrapa rintangan yang sulit dalam proses pengambilan keputusan, yaitu mengabaikan masalah, fakta2 yang salah dan kesimpulan yang tidak logis. Namun mereka juga percaya bahwa komunikasi memiliki kekuatan untuk menarik kelompok kembali pada jalur tujuan semula.
          Karena itulah hirokawa dan gouran menyebutkan 3 tipe komunikasi dalam membuat keputusan suatu kelompok
      1.      Promotive : Interaksi yang harus ada pendapat.
      2.      Disruptive : Argumen atau mengemukakan pendapat untuk kepentingan kelompoknya.
     3.      Counteractive : Setiap orang dalam kelompoknya harus berkomitmen yang sama atau universal, jadi tidak hanya yang setuju saja tapi semua anggota kelompoknya.
                             
                                         Problem Analisis       Goal Setting           Identification of           Evalution of 
                                                                                                                Alternative         Positive & Negatif

 Promote




          
           Distrupt




            Counteract 




Thoughtful advice for those who know the are right.

pragmatisme dewey didasarkan pada asumsi penuh harapan bahwa keputusan praktis dapat dibawa di bawah kendali yang lebih cerdas melalui proses penyelidikan yang rasional, ia menganjurkan enam langkah reflective thinking yang sejajar dengan pendekatan dokter untuk mengobati pasien :

1.      Kenali gejala penyakitnya
2.      Mendiagnosa penyebab pada penyakit tersebut
3.      Menetapkan kriteria untuk kesehatan
4.      Kemungkinan untuk memecahkan masalah
5.      Uji solusi yang mana solusi tersebut akan berkerja dan berhasil
6.      Menentukan solusi yang terbaik


Ethical reflection: Habermas discourse ethics

            Habermas discourse ethics adalah visi situasi pidato yang ideal di mana beragam peserta dapat secara rasional mencapai sebuah konsensus tentang standar etika universal.
            Habermas meyakinkan bahwa keabsahan dari berbagai ethical konsensus dapat mencapai hanya untuk bertahan bahwa tiga persyaratan terpenuhi.

1.      Requirement for access : semua orang yang terpengaruh oleh norma etika yang diperdebatkan dapat hadir dan didengar, terlepas dari statusnya.

2.      Requirement for argument : semua peserta diharapkan untuk bertukar pandangan mereka dalam semangat timbal balik yang asli dan saling pengertian

3.      Requirement for justification : semua orang berkomitmen pada standar universalisasi.

Comments

Popular posts from this blog

CHAPTER 20 : The Cultural Approach (Pendekatan Antar Budaya)

CHAPTER 22: THE RHETORIC